SedikitTentang Negeri 5 Menara Alhamdulillah , satu kata itu yang bisa aku ucapkan saat memasuki awal-awal kuliah semester 7. Bersyukur berhasil juga melewati Penulisan Ilmiah (PI) di semester 6 yang lumayan melelahkan diantara kesibukan organisasi kampus dan di luar kampus (cailaah..).
Resensibuku Love In Paris Dapatkan link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Aplikasi Lainnya; Dilema Cinta di Paris. Judul Buku : Love In Paris. Penulis : Silvarani. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama. Cetakan : 2016. Tebal Buku : IV + 207 Halaman. ISBN : -0. Kepengarangan. Silvarani lahir di Jakarta pada 6 September
TahunPertama Terbit: 2011. Jumlah Halaman: 473. harga:58.000. -------. Novel satu ini merupakan rangkaian kedua seri Triologi Negeri 5 Menara. Jadi praktis tokoh utama pada kisah ini masih sama dengan di buku pertamanya yakni, Negeri 5 Menara. Hanya saja, kisah yang ada di dalam bagian kedua ini lebih fokus pada kehidupan dan konflik yang
Resensi_20_MuzenaHisyam Okbah_XIIA5. Dapatkan link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Aplikasi Lainnya; November 27, 2021 NEGERI 5 MENARA Judul Buku: Negeri 5 Menara Nama Penulis: Ahmad Fuadi Penerbit Buku: PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit Buku: 2009 Tebal Halaman: 425 ISBN: -3 Novel ini merupakan kisah yang
Sehingga, Buya bagai kembali hidup di setiap lembar buku ini; sebagai anak Maninjau, pujangga nusantara, dan ulama dunia.” –Ahmad Fuadi, penulis Negeri 5 Menara dan pendiri Komunitas Menara, kelahiran Maninjau. Selamat membaca. Resensi buku ini juga dimuat di harian Inilah Koran. (Peresensi Buku: Suro Prapanca)
Category Resensi. Sorge, Karena Kita Semua Takut Untuk Ditinggalkan. 23/01/2022 26/01/2022. Negeri 5 Menara. 23/01/2022 26/01/2022. Judul Buku : Negeri 5 Menara Penulis : Ahmad Fuadi Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tahun
RESENSINOVEL “NEGERI 5 MENARA“ A. Identitas Buku. Judul Novel : Negeri 5 Menara K ategori Buku : Novel Pengarang : Ahmad Fuadi Bahasa : Indonesia Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : Agustus 2009 Jumlah Halaman : 424 hal Harga Buku : Rp 55.000,- B. Sinopsis .
6qXFb5f.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Novel dimulai dari lima sahabat yang sedang mondok di sebuah pesantren, kemudian bertemu kembali ketika mereka sudah beranjak utama novel ini adalah Alif Fikri. Pemuda kelahiran Desa Buyur, Maninjum Sumatra Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama sama halnya yang harapkan oleh kedua kedua orangtuanya tentu saja tidak salah, sebagai emak’ ibu kala itu, menginginkan supaya anaknya menjadi seorang yang bernama, dihormati di kampung seperti menjadi guru agama. “Memiliki anak yang sholeh dan berbakti kepada orangtua adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya dikala sudah tiada”, Ujar Alif mengenang keinginan Emak di kampung pada waktu itu. Namun, ternyata Alif mempunyai keinginan lain, ia tak ingin seumur hidupnya terus tinggal di kampung. ia memiliki cita-cita dan keinginan untuk merantau keluar kota. ia ingin melihat keindahan dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh-tokoh yang ia ketahui dari membaca buku dan mendengar cerita teman di kampung. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk dicapai. Kedua orangtuanya bersikeras Alif tetap tinggal dan bersekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Akan tetapi, berkat saran dari Pak Etek Gindo yaitu paman alif yang sedang kuliah di Kairo, Akhirnya Alif kecil bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. dan, disinilah kisahnya pertamanya di pondok Madani Alif terkesima dengan kata ajaib “’man jadda wajada’, Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya”.Di pondok barunya ia terheran-heran mendengar komentator sepakbola menggunakan bahasa Arab, ada santri mengigau dalam bahasa inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan syair Abu Nawas dan terkesan juga saat melihat pondok yang ia tempati setiap pagi seperti melayang di cerita kemudian Alif berkenalan dengan Raja Lubis alias Adnin Amas dari Medan, Atang alias Kuswandani dari Bandung, Baso Salahuddin alias Ikhlas Budiman dari Gowa, Said Jufri Alias Abdul Qodir dari Surabaya, dan Dulmajid alias Monib dari Sumenep. Kelima bocah yang menuntut ilmu di dunia pesantren Gontor ini setiap sore memiliki kebiasaan unik. Menjelang Adzan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan. Dengan membayangkan awan itulah meraka menggambarkan impiannya. seperti Alif mengakui jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, yaitu sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak setelah lulus nanti. Begitu juga dengan yang lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua lika-liku kehidupan di dunia pesantren yang tidak terbayangkan selama ini, ke lima santri itu diceritakan bertemu di london. Inggris beberapa tahun kemudian setelah lulus. Kemudian mereka bernostalgia dan saling membuktikan cita-cita dan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid waktu di pesantren bagi Alif ternyata memberikan warna tersendiri baginya. Ia yang dulunya beranggapan bahwa dunia pesantren adalah konservatif, kuno, kampungan’, ternyata anggapan itu salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjunjung sikap kedisiplinan yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan dunia pesantren mental para santri dibakar oleh para uztads supaya itu semua dilakukan supaya santri tidak mudah menyerah dan memiliki mental baja. Setiap hari, sebelum masuk dalam kelas, selalu menyanjungkan kata-kata ajaib “man jadda wa jadda” barang siapa yang bersungguh-sungguh berhasilah Intrinsika. TemaTema yang terkandung dalam novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan dari latar tempat yakni di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah Alur/PlotAlur dalam novel negeri 5 menara adalah alur maju dan alur mundur. Dimana cerita dimulai di masa kini dan dilanjutkan dengan kilas balik ingatan tokoh di masa silam saat menimba ilmu di pondok Madani sampai membuahkan hasil di masa Penokohan watak tokohAlifDidalam novel ini yaitu tokoh yang protagonis. Alif di gambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah Baso teman Alif merupakan anak yang paling rajin dan paling bersemangat disuruh ke Alif dari Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat. Didalam novel ini tokoh yang protagonist adalah Raja teman Alif sesama sahibul menara. Dia adalah seorang yang percaya diri, rajin membaca dan mau berbagiSaidDari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold Schwarzenegger. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah teman Alif sesama sahibul menaraDulmajidDari Sumenep, Madura. Seorang pemain bulu tangkis. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah teman Alif sesama sahibul Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah Atang teman Alif sesama Sahibul SalmanUstad Salman adalah seorang wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara salah satu kepala pengamanan di PM. Ia akan bersifat antagonis apabila mendapati siswa PM yang RaisIa selalu membakar semangat para siswa dengan Plot/AlurAlur yang digunakan dalam novel ini adalah campuran1. EksposisiKisah dimulai dari seorang wartawan VOA, yang sedang berada di Washington DC. Wartawan tersebut bernama Alif disengaja ia mengecek laptopnya tiba-tiba ada pesan masuk dari orang yang Batutah. Setelah berbalas-balas esan, ternyata ia adalah teman lama Ali dari pesantren sekolah lamanya yaitu Pondok IntrikAlif tak ingin besekolah di sekolah di madrasah ataupun pesantren, sedangkan Amaknya tidak rela bila Alif masuk sekolah SMA umum, karena Amaknya ingin anak laki-lakinya bersekolah agama, dan menjadikan anaknya sebagai pemimpin agama di masa depan, seperti Buaya KomplikasiBaso bercerita kepada kawan-kawan shahibul menara, bahwa sepertinya ia harus meninggalkan PM duluan dibanding dengan kawan-kawan yang ia harus merawat neneknya yang sedang sakit parah. Pada akhirnya paman Latimbang menjemput Baso yang saat itu berada di PM, dan Baso harus meninggalkan PM KlimaksUstad Torik begitu marah saat mendengar bahwa ada siswa yang pergi dari PM tanpa izin terlebih dahulu, Mereka itu adalah Said, Alif dan itu, merkea memnita izin ke Ponorogo untuk mencari barang, namun barang itu tidak ada, dan merekapun harus pergi ke Surabaya untuk mendapatkan barang tersebut. Pada Akhirnya mereka bertiga diberikan hukuman, yaitu mencukur habis AntiklimaksSemua siswa PM kelas 6, sudah berhasil menyelesaikan ulangan akhir, untuk menentukan kelulusan mereka. Kemudian mereka semuapun berpisah, begitu juga dengan shahibul menara yang akan menempuh jalanya masing-masing untuk menggapai impian ResolusiShahibul menara telah mencapai impiannya masing-masing dan berencana akan mengadakan reuninan setelah tidak bertemu selama Gaya Bahasa1. Hiperbola> “kami bisa makan bagai kesurupan”- hal. 122> “ Kyai Rais telah menyetrum 3000 murid kesayangannya” – hal. 1902. Personifikasi> “ wajah dingin mencucuk tulang …..” – hal. 2> “jantungku melonjak-lonjak girang” – hal. 5> “ Cerita kyai Rias terus berputar di kepalaku” -hal. 142> “ Sejak dari pagi buta….” – hal. 2143. Asosiasi> “ Kami seperti sekawanan tentara yang terjebak….” – hal. 64> “ Mukanya dingin seperti besi” – hal. 124f. Sudut pandangDalam novel Negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi ini, si penulis menggunakan orang pertama pelaku utama, karena menggunakan kata ganti “Aku”.g. AmanatCerita Novel Negeri 5 menara ini memberikan kesan dan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. kita harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras untuk meraih apa yang kita impikan. tapi ingatlah dibalik kesuksessan tersebut ada orangtua yang selalu mendoakan kita, jadi kita juga harus serta-merta menghormati, menyayangi dan berbakti kepada orang pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, Tuhan sungguh Maha mendengar. Man Jadda Wajada siapa yang bersungguh-sungguh dapatlah EkstrinsikNilai agamaNovel ini menceritakan tentang kehidupan sekitar dunia pesantren sehingga banyak mengajarkan nilai agama yang jarang di dapat dalam novel-novel MoralKebersamaan Sahibul menara dalam menghadapi kerasnya dunia pendidikan di pesantren mengajarkan bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan tidak mudah menyerah untuk menuntaskan apa yang telah dan Kekurangan Novel Negeri 5 MenaraKelebihanKelebihan novel negeri 5 menara ini adalah dapat menginspirasi pembaca, terutama anak muda zaman sekarang untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-cita dan rasa patuh kepada orang ini juga dapat mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok pesantren yang tidak hanya berfokus kepada ilmu-ilmu agama saja. karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan umum seperti bahasa inggris, bahasa arab, kesenian dan lain juga dapat memetik pelajaran yang berharga yaitu jangan pernah meremehkan sebuah impian walau setinggi apapun, yakinlah bahwa kamu dapat mencapainya, dan berdoalah kepada Allah, karena Allah Maha mendengar do’a dari novel negeri 5 menara ini adalah adanya ketidak jelasan gambaran beberapa tokoh yang pada akhir cerita perjalanan hidupnya seperti apa dan bagai mana keadaan orang BukuJudul Buku Negeri 5 MenaraPenulis Ahmad FuadiPenerbit PT Gramedia Pusat UtamaTahun Terbit 2009Jumlah Halaman XII + 423 HalamanUkuran Buku 19,7 x 13,7 cm 1 2 3 4 5 6 Lihat Hobby Selengkapnya
0% found this document useful 0 votes97 views7 pagesDescriptionResensi Novel Negeri 5 MenaraCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes97 views7 pagesResensi Novel Negeri 5 MenaraJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Sudah berulang kali membaca novel ini, bisa dikatakan sangat senang dengan isi dan hikmah yang terkandung dalam cerita novel ini, meskipun sudah diterbitkan sejak lama yanitu sekitar tahun 2009, namun isinya yang sangat menginspirasi, yang pada akhirnya ingin mengulas sedikit, berupa resensi novel “Negeri 5 Menara”. Sebagai novel yang merupakan kisah nyata dan kisah hidup dari penulis, yaitu A. Fuadi, yang mengisahkan kisah hidup menuntut ilmu di sebuah pondok, yang pada akhirnya mematikan stigma negatif tentang pondok, dan menjadikan pondok saat ini menjadi sebuah destinasi belajar favorit bagi menarik, sangat menantang dan yang terakhir adalah ada rasa terharu saat memabca novel ini, rasa yang campur aduk, seperti mengajak pembaca untuk menikmati kisah yang ada dalam novel ini. Tidak hanya itu, pembaca serasa diajak masuk dan membayangkan kisah yang terjadi dalam dunia pondok, yaitu PM Madani Gontor. Novel ini memang luar biasa yang terinspirasi dari pengalaman penulis saat menikmati pendidikan di Pondok Modern Gontor. Selain itu, semua tokoh utama merupakan sosok terinspirasi dan sosok asli, dan tokoh lainnya adalah gabungan dari beberapa karakter yang sengaja diciptakan oleh BukuJudul Negeri 5 MenaraPenulis A. PT. Gramedia Pustaka terbit Cetakan pertama JUli 2009, Cetakan keenam April buku 423 halamnISBN 978-979-22-4861-6Resensi Buku “Negeri 5 Menara”Sebagai buku yang sangat menginspirasi, buku ini harus Anda baca. Bagaimana tidak, begitu banyak kata-kata positif yang memotivasi, bahkan pada bagian awal sebelum masuk Bab 1 saja, sudah disampaikan kata mutiara dari ulama terkenal yang diajarkan kepada siswa pada tahun keempat di Pondok Modern Gontor, sebagai berikutOrang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung negeirmu dan merantaulah ke negeri orangMerantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawanBerlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah melihat air menjadi rusak karena diam tertahanJIka mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsaAnak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diamTentu manusia bosan padanya dan enggan memandangBijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambangKayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan. - Imam Syafi’i -Itu baru kalimat pembuka, yang memiliki makna mendalam yang memberikan semangat bagi para pembaca novel ini untuk terus membaca. Kisah hidup Alif ini diawali dengan kisah flashback, yang menceritakan bagaimana seumur hiduypnya Alif yang tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau dan masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah dan mandi di air biru di Danau Maninjau. Yang tiba-tiba karena harapan seorang Amak yang memiliki impian besar, mengharuskan Alif harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa pelosok di Jawa Timur. Amak yang merupakan ibunya menginginkan Alif menjadi seorang Buya Hamka, meskipun sebenarnya Alif ingin menjadi seorang Habibie. Dengan setengah hati Alif mengikuti perintah Anak untuk belajar di “Negeri 5 Menara”Di hari pertama di PM Pondok Madani, Alif sangat terkesima dengan mantera sakti “Man jadda wajada”, yang berarti “Siapa yang bersungguh sungguh pasti sukses”. Bahkan yang menarik dan terkadang bisa membuat tertawa sendiri saat membaca novel ini adalah bagaimana seorang Alif Fikri bersama temann-temannya yang meruakan Shohibul Menara yang kemudian dipersatukan dengan hukuman jewer berantai, yang membuat Alif berteman dengan kawan-kawan dari penjuru Indonesia, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, yang menjadikan mereka sebagai shohibul menara menjadikan tempat itu sebagai tempat untuk memimpikan tujuan dan harapan setelah menyelesaikan pendidikan di PM Madani. Bagi Alif Fikri dan kawan-kawan, mimpi dan impian adalah sesuatu yang tidak boleh diremehkan, walau setinggi apa pun, Tuhan sungguh Maha juga Resensi Novel “Ayat-ayat Cinta”.Begitu banyak kisah menarik dan menantang yang bisa Anda baca dan dipahami, makna tersirat yang ada dalam novel “Negeri 5 Menara” ini. Buku ini merupakan buku pertama dari sebuah trilogi yang ditulis oleh A. Fuadi, mantan wartawan TEMPO & VOA, yang juga sangat menyukai fotografi dan pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO Konservasi. A. Fuadi adalah alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University dan juga Royal Holloway, University of Novel “Negeri 5 Menara”Secara umum, novel ini memberikan sebuah kisah perjalanan yang sangat menarik, bahkan dari beberapa pengalaman pembaca novel ini juga memberikan catatan positif yang diksinya sekelas dengan ramuan kata-kata Andrea Hirata, dengan deskripsi yang sebening dengan novel Ayat-ayat hanya itu, novel ini juga seperti memaksa pembaca untuk merekatkan kembali sebuah impian, mulai dari keinginan untuk menghafal Al-Quran sampai impian untuk belajar ke luar tentang pondok sebagai tempat pendidikan, Novel Negeri 5 Menara ini sangat menunjukkan bahwa pondok saat ini berbeda dengan pondok yang dulu. Hal ini bisa terlihat pada halaman 20 yang mendeksripsikan gambaran pondok dalam protes yang disampaikan Amak, bahwa banyak orang melihat bahwa pondok adalah buat anak yang cacat produksi, baik karena tidak mampu menembus sekolah umum yang baik, atau karena salah gaul dan salah urus. Sehingga pondok hanya dijadikan bengkel untuk memperbaiki yang rusak, bukan dijadikan sebagai tempat untuk menyemai bibit “Negeri 5 Menara”Selain kisahnya yang sangat menarik, berbagai kata-kata didalamnya seolah memotivasi bagi siapa saja yang ingin sukses, yaituKompas kehidupan yaitu “Man Jadda Wajada”, yang berarti “Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”.“Man shabara zhafira” yang berarti “Siapa yang bersabar akan beruntung”. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang dituju bukan sekarang, namun ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.“Man thalabal ula sahiral layli”, yang bermakna “Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, maka bekerjalah sampai jauh malam”.Baca juga Resensi Antologi Cerpen “Taman Hujan”.Terdapat dua hal penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad dan sebagainya dari pada orang lain. Yang kedua, yaitu tidak pernah mengizinkan diri ini dipengaruhi oleh unsur di luar diri. Oleh siapa pun dan suasana bagaimana pun. Artinya jangan mau sedih, marah, kecewa dan takut karena ada faktor di luar, kita yang berkuasa terhadap diri kita sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kita punya pilihan, untuk takut atau tetap terakhir sebagai catatan positif adalah Petuah Kiai Rais yang bisa memberikan semangat kepada siapa saja untuk sukses, yaitu “Jangan puas jadi pegawai, tapi jadilah orang yang punya pegawai”.Kekurangan Novel “Negeri 5 Menara”Berbicara tentang kekurangan sebuah karya, tentunya pasti ada. Namun dari berbagai novel yang pernah Saya baca, meskipun ada kekurangan, namon novel karya A, Fuadi ini hampir tidak ada celah, mulai dari diksi deskripsi atau bahkan tulisan semuanya sempurna. Oleh karena itu, saya mengacungkan jempol untuk A. Fuadi, meskipun novel ini sudah diterbitkan sangat lama, namun masih enak dan layak untuk dijadikan sebagai sumber informasi dan cerita menarikItu dia sedikit resensi novel “Negeri 5 Menara” karya A. Fuadi, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua.
Negeri 5 Menara merupakan buku pertama dari novel trilogi karya A. Fuadi yang bercerita tentang kehidupan di Pondok Pesantren. Judul Negeri 5 Menara Pengarang A. Fuadi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Halaman 345 Bermimpilah setinggi langit. Meskipun kita tidak pernah tahu bagaimana cara meraih mimpi tersebut. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. Novel ini merupakan novel trilogi pertama dari Novel Negeri 5 Menara. Dengan tokoh utama Alif Fikri seorang anak dari pinggiran Danau Maninjau, Sumatera Barat yang baru lulus Madrasah Sanawiyah berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA negeri. Karena dia bersama teman masa kecilnya Randai bercita-cita kuliah di ITB. Supaya kelak bisa seperti BJ Habibie yang bisa membuat pesawat terbang. Baca juga novel trilogi yang lain yaitu berjudul Rantau 1 Muara Sayangnya keinginan Alif tersebut tidak disetujui oleh emaknya yang berkeinginan supaya dia sekolah agama di pesantren. Emak Alif berpendapat kalau selama ini pesantren selalu identik dengan anak nakal dan anak miskin. Sehingga emaknya takut para pemimpin agama berasal dari kalangan yang tidak benar. Dengan kepintaran Alif, emaknya berkeinginan supaya dia bisa menjadi seorang ulama seperti Buya Hamka. Dengan terpaksa akhirnya Alif memilih pesantren di Jawa. Tepatnya di Pondok Madani, Gontor. Sebuah pesantren di kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Meskipun pada awalnya merasa terpaksa memasuki pesantren, namun lama kelamaan dia mulai kerasan. Apalagi setelah bertemu dengan teman- teman baru dari berbagai suku. Ada 6 anak yang selalu bersama dengan Alif dalam segala aktifitas di pesantren. Mereka adalah Baso seorang anak yatim piatu yang diasuh neneknya, berasal dari Sulawesi. Raja berasal dari Aceh. Dulmajid dari pulau Garam, Madura. Atang dari Bandung dan Said berasal dari Surabaya. Keenam anak tersebut hampir tiap hari berada di bawah menara Pondok pesantren. Tepatnya disamping masjid. Mereka menggunakan tempat itu untuk belajar dan berdiskusi tentang berbagai hal dalam kehidupan. Karena seringnya mereka berada di bawah menara, akhirnya mereka dijuluki sohibul menara atau yang mempunyai menara. Pada suatu waktu dari bawah menara mereka memperhatikan langit yang diwarnai berbagai bentuk awan. Menurut mereka awan-awan tersebut menggambar pola negara. Menurut Alif, awan tersebut seperti negara America. Atang mengatakan seperti Mesir. Raja mengatakan seperti bentuk negara Belanda. Sementara Said, Baso serta Dulmajid mengatakan seperti negara Indonesia. Saat ujian akhir sekitar 6 bulan lagi, Baso memutuskan mengundurkan diri dari pondok pesantren karena ingin mengasuh neneknya yang sedang sakit parah. Bagi Baso merawat neneknya jauh lebih penting karena hanya beliaulah keluarga yang tersisa bagi dia. Meskipun berat melepaskan Baso, tetapi kelima sahabat tersebut tetap semangat untuk menyelesaikan pendidikan di pondok. Dengan berbagai kesulitan yang dihadapi. Setelah beberapa tahun lulus dari pesantren, keinginan mereka ternyata tercapai yaitu Alif bisa belajar di Amerika. Raja kuliah sambil bekerja di Belanda. Begitu juga Atang bisa menginjakkan kaki di Mesir untuk bekerja dan belajar. Sementara Said dan Dulmajid bekerja sama mengembangkan pondok pesantren yang mereka dirikan. Sedangkan Baso meskipun tidak lulus pesantren dia mampu menjadi hafizh Alquran, sehingga memperoleh beasiswa penuh dari negara trilogi yang lain berjudul Ranah 3 Warna Dari novel ini kita bisa banyak mengerti tentang kehidupan di pondok pesantren. Bagaimana mereka belajar, melakukan kegiatan extra serta kegiatan lain yang sangat padat jadwalnya. Karena sebagian cerita merupakan pengalaman pribadi penulisnya yaitu A. Fuadi, yang pernah mendalami ilmu di Pondok Madina. Novel Negeri 5 Menara ini merupakan novel motivasi untuk semua kalangan. Terutama untuk anak remaja yang masih bingung mencari jati diri. Karena terkadang mereka takut bermimpi melihat keadaan mereka saat itu. Padahal dengan mimpilah kita bisa merubah keadaan yang tidak mungkin menjadi mungkin.
resensi buku negeri 5 menara